Halaman

Minggu, 15 Desember 2013

PENGARUH HINDU BUDHA DI INDONESIA

PENGARUH HINDU BUDHA DI INDONESIA

Pengaruh India sudah lama masuk ke Indonesia, proses masuk dan berkembangnya pengaruh India di Indonesia disebut penghinduan atau Hinduisasi. Berkaitan dengan proses penyebaran Hindu-Budha ada beberapa teori. 
1.    Teori Waisya,
bahwa pembawa dan penyebar Hinduisme ke Indonesia adalah para pedagang.
2.    Teori Brahmana,
para Brahmana menguasai seluk beluk keagamaan, maka merekalah yang menyebrkan agama Hindu ke Indonesia.
3.    Teori Ksatria,
teori ini mengatakan bahwa para ksatria India telah mendirikan koloni di Indonesia maupun di Asia Tenggara. Para ksatria melakukan penaklukan sambil menyebarkan Hinduisme.
4.    Teori Arus Balik
orang Indonesia setelah belajar di India kemudian pulang ke Indonesia dengan menyebarkan agama dan budaya India.

Berbagai teori pernah dicoba untuk dikaitkan dengan perkembangan Hindu-Budha di Asia Tenggara khususnya Indoinesia. Berdasarkan fakta sejarah, teori waisya (para pedagang) tentu tidak menguasai upacara secara Hindu.
http://www.sabenggo.comPada prasasti Kutai jelas disebutkan adanya upacara yang dipimpin para brahmana dengan kurban.
Teori Kesatria juga tidak ada bukti sejarah kalau terjadi ekspansi tentara Indie ke Indonsia. Kemungkinan yang terjadi adalah peran kaum brahmana (teori brahmana) dan juga teori arus balik. Karena setelah belajar ke India, orang-orang Indonesia menyebarkan nagama dan kebudayaannya setelah kembali ke Indonesia Dari teori-teori tersebut nampaknya yang mendekati kebenaran adalah teori Brahmana. Hal ini karena berdasarkan peninggalan sejarah yang dituliskan dalam Yupa Kutai Kalimantan Timur
ternyata penyebaran itu melaui sistem upacara keagamaan yang kemampuan itu dimiliki oleh para Brahmana.
Kedatangan Hinduisme ternyata dengan unsur-unsur kebudayannya. Unsur-unsur kebudayaan India berpengaruh kuat terhadap budaya Indonesia. Tetapi unsur-unsur asli kebudayaan “Indonesia” tidak lebur, dan tidak kehilangan kepribadian Indonesia. Terjadilah akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia, sehingga lahir budaya Indonesia yang baru.
Pengaruh agama dan budaya Hindu-Buddha ke Indonesia diperkirakan sudah ada sejak awal abad pertama Masehi, kontak terjadi melalui hubungan perdagangan dan pelayaran. Menurut para ahli sejarah, agama dan budaya Hindu-Buddha tersebut dibawa oleh para pedagang dan pendeta.
 Kedatangan para pedagang dan pendeta ke Nusantara yang membawa agama dan budaya Hindu-Buddha menggunakan dua jalur, yaitu jalur darat dan jalur laut.

a. Melalui Jalur Darat
Sejak tahun 500 SM kegiatan perdagangan di Asia dilakukan melalui jalan darat. Rute perjalanan para
penyebar agama Hindu-Buddha melalui jalur darat atau Jalur Sutera bersama para pedagang mulai dari India ke Tibet terus ke Cina, Korea, dan Jepang. Dari India utara, mereka masuk ke Bangladesh, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaka, kemudian ke wilayah Nusantara. Sejak abad ke-1 Masehi, jalur perdagangan darat dialihkan melalui laut karena tidak aman.
b. Melalui Jalur Laut
Para penyebar agama Hindu-Buddha datang bersama rombongan kapal pedagang mengikuti pelayaran dari Asia Selatan ke Asia Timur atau sebaliknya dari Cina ke India. Mereka melalui perairan Indonesia lewat Selat Malaka.


PENGERTIAN PRASEJARAH DAN PENINGGALANNYA

PENGERTIAN PRASEJARAH

Zaman Prasejarah (praaksara) sering disebut juga Zaman Nirleka, artinya yaitu zaman dimana manusia belum mengenal tulisan, (nir) artinya tidak dan (leka) artinya tulisan/aksara. Permulaan zaman ini tuh belum diketahui secara pasti. Namun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh R.Soekmono dapat diketahui bahwa batasan zaman prasejarah diawali dengan kehadiran makhluk sejenis manusia disuatu daerah dan berakhir saat sudah ditemukannya sumber tertulis.
Manusia muncul di bumi tuh sekitar 3 jta tahun yang lalu loh. Tepatnya pada masa plestosin. Pada masa ini keadaan bumi masih ber ubah-ubah. Perubahan ini terjadi karena naik turunnya suhu udara dan panas dingin.

PEMBAGIAN ZAMAN PRASEJARAH

  1. Zaman Arkhaikum Arkhaikum adalah zaman tertua atau zaman permulaan dalam perkembangan bumi. Ada yang mengatakan bahwa berusia 2.500 juta tahun yang lalu ada juga yang mengatakan 1 milyar tahun yang lalu. Pada masa ini keadaan bumi belum setabil dan belum ada tanda-tanda kehidupan.
  2. Zaman Palaezoicum yaitu zaman hidup tertua yang berlangsung kira-kira 340 juta tahun. Zaman ini sudah ada kehidupan, yakni dimulai adanya binatang kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, ampibi, dan reptil.
  3. Zaman mesozoikum, yaitu zaman hidup pertengahan yang berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan munculnya jenis reptil raksasa, seperti dinosaurus (panjangnya 12 meter) dan atlantasaurus (panjangnya 30 meter). Selain itu, jenis burung dan binatang menyusui pun telah berkembang.
  4.  Zaman neozoikum atau kainozoikum, yaitu zaman hidup baru yang berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu zampai sekarang. Zaman ini terbagi ke dalam:
a.    zaman tertair, yaitu zaman semakin berkembangnya binatang menyusui, sedangkan reptil besar mulai punah. Jenis kera dan kera-manusia sudah ada pada akhir zaman ini
b.    zaman quartair, yaitu zaman adanya manusia di atas permukaan bumi. Zaman ini dibagi ke dalam pleistosen yang berlangsung kira-kira 600.000 tahun dan zaman holosen berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu hingga sekarang ini.
Jenis manusia purba telah muncul pada zaman neozoikum. Manusia merupakan makhluk hidup yang muncul paling terakhir di dunia. Sebelumnya, dunia ini telah dihuni oleh makhluk-makhluk seperti hewan menyusui dan jenis kera atau kera-manusia. Selain itu, sebelumnya pun telah muncul jenis reptil purba seperti dinosaurus dan atlantasaurus. Hewan raksasa ini ada yang menjadi pemakan tumbuhan dan ada juga yang menjadi pemakan daging. Jenis hewan seperti ini pada jutaan tahun yang lalu telah punah.
BERDASARKAN HASIL BUDAYANYA

1. Kebudayaan Batu Tua (Palaeolithikum)

Pada masa ini kehidupan masih berpindah-pindah. Ciri- cirinya yaitu: Jenis alat yang digunakan kapak genggam, kapak primbas, dan alat-alat serpih.

a. Kapak Perimbas

Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam. Dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu, dan memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak perimbas dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Pithecantropus.

Kapak Perimbas (Sumber: Encarta Encyclopedia)
Kapak Perimbas (Sumber: Encarta Encyclopedia)

b. Kapak Genggam

Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut Kebudayaan Pacitan.

Kapak Genggam (Sumber: Encarta Encyclopedia)
Kapak Genggam
(Sumber: Encarta Encyclopedia)

c. Alat-alat Serpih (Flakes)

Alat-alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan batu kecil, digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging, dan pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, masih termasuk Kebudayaan Ngandong.

Alat-alat serpih (Sumber: Encarta Encyclopedia)
Alat-alat serpih (Sumber: Encarta Encyclopedia)

d. Perkakas dari Tulang dan Tanduk

Perkakas tulang dan tanduk hewan banyak ditemukan di daerah Ngandong, dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat itu berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan mata tombak. Oleh peneliti arkeologis perkakas dari tulang disebut sebagai Kebudayaan Ngandong. Alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Alat-alat dari Tulang dan Tanduk Hewan. (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia)
Alat-alat dari Tulang dan
Tanduk Hewan. (Sumber: Sejarah
Nasional Indonesia)

2. Kebudayaan Batu Madya (Mesolithikum)

Kebudayaan batu madya ditandai oleh adanya usaha untuk lebih menghaluskan perkakas yang dibuat. Dari penelitian arkeologis kebudayaan batu madya di Indonesia memiliki persamaan kebudayaan dengan yang ada di daerah Tonkin, Indochina (Vietnam). Diperkirakan bahwa kebudayaan batu madya di Indonesia berasal dari kebudayaan di dua daerah yaitu Bascon dan Hoabind. Oleh karena itu pula kebudayaan dinamakan Kebudayaan Bascon Hoabind. Hasil-hasil kebudayaan Bascon Hoabind, antara lain berikut ini.

a. Kapak Sumatra (Pebble)

Bentuk kapak ini bulat, terbuat dari batu kali yang dibelah dua. Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.

Kapak Sumatera (Sumber: Indonesian Heritage)
Kapak Sumatera
(Sumber: Indonesian Heritage)

 

b. Kapak Pendek (Hache courte)

Kapak Pendek sejenis kapak genggam bentuknya setengah lingkaran. Kapak ini ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.

c. Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken berarti dapur dan modding artinya sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa kulit-kulit siput dan kerang yang telah bertumpuk selama beribu-ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa meter tingginya. Fosil dapur sampah ini banyak ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.

d. Abris sous roche

Abris sous roche adalah gua-gua batu karang atau ceruk yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba. Berfungsi sebagai tempat tinggal.

Abris sous roche.
Abris sous roche.

e. Lukisan di Dinding Gua

Lukisan di dinding gua terdapat di dalam abris sous roche. Lukisan menggambarkan hewan buruan dan cap tangan berwarna merah. Lukisan di dinding gua ditemukan di Leang leang, Sulawesi Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani, Papua.

Lukisan di Dinding Gua (Sumber: Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala)
Lukisan di Dinding Gua
(Sumber: Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala)

3. Kebudayaan Batu Muda (Neolithikum)

Hasil kebudayaan zaman batu muda menunjukkan bahwa manusia purba sudah mengalami banyak kemajuan dalam menghasilkan alat-alat. Ada sentuhan tangan manusia, bahan masih tetap dari batu. Namun sudah lebih halus, diasah, ada sentuhan rasa seni. Fungsi alat yang dibuat jelas untuk pengggunaannya. Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain.

a. Kapak Persegi

Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi atau juga disebut beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusatenggara.

Kapak persegi (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum)
Kapak persegi
(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum)

b. Kapak Lonjong

Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.

Kapak Lonjong (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum)
Kapak Lonjong
(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum)

c. Mata Panah

Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Mata Panah
Mata Panah

d. Gerabah

Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.

Gerabah (Sumber: IPS Sejarah)
Gerabah
(Sumber: IPS Sejarah)

e. Perhiasan

Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

f. Alat Pemukul Kulit Kayu

Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia pra-aksara sudah mengenal pakaian.


4. Kebudayaan Batu Besar (Megalithikum)

Istilah megalithikum berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya batu. Jadi, megalithikum artinya batubatu besar. Manusia pra-aksara menggunakan batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan megalithikum berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra-aksara pada saat itu. Bangunan megalithikum tersebar di seluruh Indonesia. Berikut beberapa bangunan megalithikum.

a. Menhir

Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

Menhir
Menhir

b. Sarkofagus

Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan. Peninggalan ini banyak ditemukan di Bali.

Sarkofagus
Sarkofagus


c. Dolmen

Dolmen adalah meja batu tempat menaruh sesaji, tempat penghormatan kepada roh nenek moyang, dan tempat meletakan jenazah. Daerah penemuannya adalah Bondowoso, Jawa Timur.

Dolmen
Dolmen


d. Peti Kubur Batu

Peti Kubur Batu adalah lempengan batu besar yang disusun membentuk peti jenazah. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

e. Waruga

Waruga adalah peti kubur batu berukuruan kecil berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.

f. Arca

Arca adalah patung terbuat dari batu utuh, ada yang menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

g. Punden Berundak

Punden berundak-undak merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat, menyerupai candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.

Punden berundak
Punden berundak (Sumber: Kompasiana)

5. Kebudayaan Zaman Logam

Kebudayaan perunggu di Indonesia diperkirakan berasal dari daerah bernama Dongson di Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Dongson datang ke Indonesia kira-kira abad ke 300 SM di bawa oleh manusia sub ras Deutro Melayu (Melayu Muda) yang mengembara ke wilayah Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan zaman logam, antara lain.

a. Nekara

Nekara adalah tambur besar yang berbentuk seperti dandang yang terbalik. Benda ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan Irian.

b. Moko

Nekara yang berukuran lebih kecil, ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara Timur. Nekara dan Moko dianggap sebagai benda keramat dan suci.

c. Kapak Perunggu

Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Kapak perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak corong. Daerah penemuannya Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan sehar-hari.

d. Candrasa

Sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya panjang, ditemukan di Yogyakarta. Candrasa dipergunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dan sebagai tanda kebesaran.

a) Nekara; c) Kapak Perunggu; b) Moko; d) Candrasa. (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum)
a) Nekara;       c) Kapak Perunggu;
b) Moko;                     d) Candrasa.
(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum)

e. Perhiasan Perunggu

Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung pada masa perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.

Perhiasan Perunggu (Sumber: Sejarah untuk SMA)
Perhiasan Perunggu
(Sumber: Sejarah untuk SMA)


f. Manik-manik

Manik-manik adalah benda perhiasan terdiri berbagai ukuran dan bentuk. Manik-manik dipergunakan sebagai perhiasan dan bekal hidup setelah seseorang meninggal dunia. Bentuknya ada silider, segi enam, bulat, dan oval. Daerah penemuannya di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, dan Buni.

Manik-manik (Sumber: Sejarah untuk SMA)
Manik-manik
(Sumber: Sejarah untuk SMA)

g. Bejana Perunggu

Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu berfungsi sebagai wadah atau tempat menyimpan makanan. Bentuknya bulat panjang dan menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda ini ditemukan di Sumatera dan Madura.

h . Arca Perunggu

Benda bentuk patung yang terbuat dari perunggu menggambar orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda, dan memegang panah. Tempat-tempat penemuan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.
pada zaman logam, manusia sudah dapat membuat peralatan dari logam yang ternyata lebih kuat dan lebih muda dikerjakan daripada batu. Bahan logam harus dilebur dulu sebelum dipakai sebagai bahan pembuatan peralatan manusia. Oleh karena itu pada zaman logam, kebudayaan manusia sudah lebih tinggi daripada pada zaman batu. zaman ini terbagi menjadi 2 zaman yaitu:
ZAMAN LOGAM

Zaman Perunggu
Hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah Kapak Corong (Kapak Perunggu), banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Balio, Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas. Nekara perunggu(Moko), bebrbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di daerah : Sumatera, Jawa Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk acara keagamaan dan maskawin. Bejana Perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan di Madura dan Sumatera; Arca-arca Perunggu, banyak ditemukan di Bangkinang(Riau), Lumajang (Jatim) dan Bogor (Jabar)Perhiasan : gelang, anting-anting, kalung dan cincin. Kebudayaan Perunggu sering disebut juga sebagi kebudayaan Dongson-Tonkin Cina  karena disanalah Pusat Kebudayaan Perunggu.
Zaman Besi
Pada masa ini manusia telah dapat melebur besi untuk dituang menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi.
Alat-alat yang ditemukan adalah Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayuMata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan;  Mata pisauMata pedangCangkul, dll.
Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur).

KEHIDUPAN AWAL MANUSIA PURBA DI INDONESIA


1.      Meganthropus Paleojavanicus

Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran, Lembah Bengawan Solo pada tahun 1936-1941. Meganthropus memiliki badan yang tegap dan rahang yang besar dan kuat. Merka hidup dengan cara mengumpulkan makanan.

2.      Pithecanthropus

Fosil Pithecanthropus merupakan fosil yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Pithecanthropus terdiri dari berbagai jenis, yaitu sebagai berikut.

a.      Pithecanthropus Mojokertensis
Fosilnya ditemukan oleh Von Koenigswald di Desa PerningLembah Bengawan Solo Mojokerto, Jawa Timur. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5  – 2,25 juta tahun yang lalu.

b.      Pithecanthropus Robustus
Fosilnya di Temukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald Pada tahun 1939 diTrinil, Lembah Bengawan Solo.

c.       Pithecanthropus Erectus
Fosilnya ditemukan oleh Eugene Dubois di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada tahun 1890. Makhluk ini hidup sekitar 1 juta-1,5 juta tahun yang lalu. Makhluk ini berjalan tegak dengan badan badan yang tegap dan alat pengunyah yang kuat.

3.      Homo
a.       Homo Soloensis
Ditemukan di Ngandong, Blora, Sangiran, dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931-1933. Diperkirakan hidup sekitar 900.000 tahun – 300.000 tahun yang lalu. Volume otaknya mencapai 1300 cc.

b.      Homo Wajakensis
Ditemukan oleh Van Riestchoten pada tahun 1889 di Desa Wajak, Tulungagung.Makhluk ini mempunyai tinggi badan sekitar 130-210 cm, dengan berat badan antara 30-150 kg. Volume otaknya mencapai 1300 cc, dan hidup antara 40.000-25.000 tahun yang lalu. Makanannya sudah dimasak meskipun masih sangat sederhana.